Wartasatu – Siapa bilang batu akik cuma cocok buat bapak-bapak penggemar keris dan sarung batik? Di tangan Roni Ramdani (24), pemuda asal Singaparna, batu akik justru berubah jadi ladang cuan digital.
Nggak main-main, bisnis ini bahkan bisa kasih omzet jutaan rupiah per bulan, semua bermula dari warisan kakeknya yang ia temukan di dalam kotak tua.
“Awalnya gue nemu 10 batu akik punya almarhum kakek. Simpenan lama banget, tapi masih kinclong. Coba gue upload satu di Facebook, eh, dua hari langsung laku,” cerita Roni dengan semangat saat ditemui di lapaknya yang sekarang sudah dilengkapi dengan lighting ring dan background hitam elegan buat sesi lelang live.
Dari Koleksi Warisan ke Jualan Online Full Time
Nggak pakai rencana bisnis ribet, perjalanan Roni dimulai dari rasa penasaran dan iseng-iseng upload. Tapi seiring waktu, dia makin serius. Sekarang, koleksinya udah lebih dari 150 batu akik dari berbagai jenis, mulai dari Sungai Dareh, Bacan, Kalimaya, sampai Lavender Borneo.
“Sekarang setiap minggu pasti ada yang laku. Kadang lewat lelang, kadang ada yang DM langsung karena lihat katalog di story IG gue,” ujarnya.
Kunci Sukses, Komunitas, Konten, dan Rasa
Menurut Roni, ada tiga hal yang bikin bisnis akiknya nggak cuma jalan, tapi juga sustain dan bertumbuh:
Gabung Komunitas Kolektor Online: Dari grup Facebook sampai komunitas WhatsApp, di sanalah Roni belajar seluk-beluk dunia batu akik. Di situ juga dia kenalan sama kolektor senior dan belajar cara bedain batu asli dan sintetis.
Aktif Live di TikTok & Facebook: Roni rutin adain live lelang minimal dua kali seminggu. Dia ngaku, penonton dari luar kota seperti Medan, Makassar, sampai Malaysia juga pernah jadi pembelinya.
Bangun Emotional Value: “Batu akik tuh soal selera dan rasa. Kita bukan cuma jual benda, tapi juga cerita dan energi di baliknya. Kalau bisa bikin orang ngerasa ‘gue harus punya ini’, pasti laku,” katanya.
Strategi Digital Bikin Penjualan Nggak Terbatas Zona
Yang bikin bisnis akik Roni beda dari penjual konvensional adalah pendekatannya yang full digital. Bukan cuma lewat FB dan TikTok, dia juga aktif di Instagram, X, bahkan bikin konten reels tentang mitos dan sejarah batu akik.
“Konten storytelling itu ngaruh banget. Gue pernah upload video singkat tentang Kalimaya Banten dan langsung dapet 3 buyer baru. Orang suka sejarah, mistik, dan visual yang memanjakan mata,” ujarnya.
Tips Buat Kamu yang Mau Ikut Nyemplung di Dunia Akik
Roni juga nggak pelit ilmu. Dia berbagi 3 tips jitu buat kamu Gen Z yang mau coba peruntungan di dunia akik:
Belajar Dulu Sebelum Jualan: Ikut komunitas, baca e-book gemologi, dan pelajari jenis batu. Jangan asal beli trus dijual mahal.
Utamakan Trust: Selalu jujur soal kondisi batu. Kalau ada retakan atau cacat, sebutin di awal.
Estetika Visual itu Penting: Foto batu jangan asal jepret. Pakai background gelap, lighting yang bagus, dan caption informatif.
Dari Tradisi Jadi Trend, Dari Warisan Jadi Wirausaha
Kisah Roni menunjukkan bahwa hobi dan warisan bisa banget dijadikan peluang bisnis, bahkan oleh generasi muda. Batu akik yang dulu mungkin dianggap kuno, kini menjelma jadi produk lifestyle yang punya pasar loyal, asal dikemas dengan cara yang relevan.
“Gue pengen ubah cara pandang orang tentang batu akik. Ini bukan sekadar batu hias, tapi simbol energi, sejarah, dan karakter. Dan siapa bilang Gen Z nggak bisa cuan dari budaya lokal?” pungkasnya sambil tertawa kecil. (***)