WARTASATU.CO, GARUT – Tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda Gatra ( Garut Utara) meminta kepastian Bupati Garut terkait Komitmen PT. Pratama Abadi Indutri terhadap masyarakat Limbangan dengan mendatangi Kantor Bupati, Selasa (22/12/2020).
“Kami datang kesini untuk menagih janji Bupati Garut tentang tindak lanjut pelaksanaan pernyataan 8 komitmen PT. Pratama Abadi Industri terhadap masyarakat. Sampai hari ini belum ada kejelasan dan kepastian,” kata Devi Fahruroji, S.Pd.I tokoh pemuda Limbangan.
Padahal, sambung Devi, sudah jelas didalam pernyataan Komitmen PT. Pratama Abadi Industri tersebut akan dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari sejak tanggal ditandatangani pernyataan tersebut, yaitu 18 Agustus 2020.” Sekarang bulan Desember, mana? Ini sudah melampaui batas waktu yang telah ditentukan,” ungkapnya.
“Bupati Garut juga menandatangani pernyataan 8 komitmen PT. Pratama Abadi Industri tersebut,” imbuhnya.
Dikatakan dia, bahkan didalam surat pernyataan tersebut bupati yang sudah di kuasakan oleh pihak PT. Pratama sepenuhnya. Didalam surat pernyataan tersebut kata Devi, seandainya kalau tidak di laksanakan, maka bupati akan memberhentikan PT. Pratama.
Menurut Devi, Bupati didalam penanganan pelaksanaan masyalah komitmen tersebut tidak serius, bahkan cenderung mengabaikan hak warga masyarakat Limbangan.
“Kami ini dianggap apa, kami juga warga masyarakat Kabupaten Garut. Wajarlah selaku warga meminta kejelasan pada pemimpinnya (Bupati-red), kami bagian dari rakyatnya, kan? ,” tandasnya.
Devi yang juga sebagai ketua DPK KNPI Limbangan berharap, ada penanganan yang serius dari Bupati Garut supaya permasalahan tersebut tidak berlarut-larut.
“Kami bukannya menolak adanya industri di wilayah Limbangan dan sekitarnya, cuman kami meminta ada komitmen yang jelas. Kami menyayangkan pernyataan komitmen sudah ada dari pihak Perusahaan, tapi belum bisa terealisasi, ada apa ini?,” pungkasnya.
Sementara itu, menurut Nanang tokoh Pemuda Kadungora, dengan berdirinya pabrik industri, idealnya harus berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, dengan melakukan sinergitas lintas sektor.
Diantaranya, terbukanya lapangan kerja, memberikan peluang bagi SDM pemuda untuk berdaya, mengurangi pengangguran, meningkatkan kesjahteraan masyarakat, katanya.
Dan hal ini, sambung Nanang, seharusnya bisa menjadi berperadaban, bukan sebaliknya.
Jangan sampai menjadikan kemudharatan.
Karena, dari sisi negatipnya ada. Akan tetapi hal ini bisa terminimalisir, ketika saling bertanggung jawab.
Kaitan dengan polusi, Nanang menjelaskan, limbah dan sampah bisa juga menjadikan kekeringan, karena banyaknya kebutuhan suplai air bagi pabrik, serta bisa juga mendatangkan banjir.
Maka, terang Nanang, di butuhkan peran serta yang di dasari pada tanggung jawab bersama. (Tadz)
ADVETORIAL