WARTASATU.CO, GARUT – Dampak Covid-19 yang melanda tanah air kita saat ini berpengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi masyarakat termasuk para pedagang sembako.
Rata-rata pendapatan mereka merosot tajam lebih dari 50 persen. Salahsatunya pemilik warung sembako di Desa Sarinagen, Kecamatan Cipongkor, Juhri. Menurut Juhri, kini pendapatannya tiap harinya menurun drastis hanya 25 persen dari hari-hari biasa.
“Segitu pun sudah maksimal. Memang banyak warga yang pulang kampung karena menghadapi bulan puasa, tapi tidak meningkatkan pendapatan. Malah warga banyak yang kasbon (ngutang),” kata Juhri.
Sebelumnya Juhri berharap dengan adanya bantuan pemerintah bagi warga masyarakat yang terdampak Covid-19 dapat membantu meningkatkan penjualan warung sembakonya, namun justru yang terjadi sebaliknya.
“Ada beberapa tetangga yang dapat bantuan. Harapannya ada imbas pada pendapatan warung. Tapi nu aya makin kagencet, hutang teu malayar (Yang ada semakin terjepit, hutang tak membayar), belanja juga gak. Karena mereka sudah punya sembako di rumah masing-masing,” keluh Juhri.
Hal yang sama dirasakan Rustandi, pedagang sembako di Kampung Citiis, Desa Batulayang Cililin. Kegiatan usahanya makin sepi dari para pelanggan sekitar.
“Sekarang makin sepi. Biasanya bulan puasa agak rame. Karena mereka sudah punya sembako diberi oleh pemerintah,” ujar Rustandi.
Keluhan serupa juga disampaikan Wawan, pedagang Awug yang biasa mangkal tiap sore di Jl. GA Manulang, Padalarang. “Paling dapat seperempatnya dari hari biasa. Gimana lagi pak, mungkin sekarangmah pada gak kerja jadi gak punya uang,” ungkap Wawan.
Sebelumnya diberitakan muncul aspirasi yang disampaikan Anggota DPRD Jawa Barat Edi Rusyandi agar bantuan sosial pemerintah dalam menangani dampak Covid-19 diberikan secara tunai agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan pelaku ekonomi kecil masyarakat tetap hidup.
Sementara ini kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat skema bantuan senilai Rp500.000 dipecah menjadi Rp150.000 tunai dan sisanya Rp350.000 diberikan dalam bentuk sembako. (aa)