WARTASATU.CO, Karawang – Penghapusan dan aksi bersih-bersih gambar tokoh yang diduga terindikasi komunis oleh Aliansi Relawan Karawang (AREKA) dan Umat Islam Karawang (UMIKA) pada hari Minggu, 8 September 2019 di gedung Walet Malaka Desa Pisangsambo dinilai tidak tepat. Pasalnya mereka datang hanya foto-foto dan selfie sebab gambar sudah dihapus sebelumnya.
Hal itu disampaikan tokoh pemuda Tirtajaya, Gugun Gunawan, dalam bentuk rilis kepada WARTASATU.CO, Senin (9/9/2019).
Baca : Aktivis Areka Hapus “Gambar Tokoh Kiri” di Gedung Walet Pisangsambo
Lebih lanjut Gugun menyampaikan, Areka dan Umika menuduh Pramoedya Ananta Toer dan Wiji Thukul sebagai tokoh komunis, padahal Pramoedya Ananta Toer adalah sastrawan besar yang mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri, salah satu karya besarnya adalah Novel Bumi Manusia yang hari ini di film kan oleh Hanung Bramantyo dan berhasil ngetrend di Indonesia.
“Jadi kalau gambar Pramoedya Ananta Toer dilarang atas dasar TAP MPRS XXV Tahun 1966 tapi kenapa Film Bumi Manusia tidak dilarang?” Ucapnya.
Hal senada juga diungkapkan tokoh muda lain, Bambang, yang menyatakan, pelarangan terhadap mural pramoedya dan Wiji Thukul sangat disayangkan, melihat Wiji Thukul adalah penyair yang luar biasa terhadap perkembangan reformasi, sangat menyakitkan apabila Wiji Thukul dituduh komunis sementara Wiji Thukul pun sampai saat ini tidak diketahui keberadaanya pasca dinyatakan hilang tahun 1998.
“Kami menilai bahwa adanya mural Wiji Thukul adalah bentuk melawan lupa terhadap pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia.
Sangat disayangkan tuduhan itu sementara jasadnya saja belum di ketahui,” Ujar Bambang.
Menurutnya, pemberian stereotif atau stigma tertentu sungguh menyakitkan, sebab mengabaikan supremasi sipil dan supremasi hukum AREKA dan UMIKA menjadi penafsir tunggal ideologi Pancasila dan NKRI.
“Mereka mengaburkan agenda-agenda reformasi dalam upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM dari berbagai gerakan masyarakat sipil yang menuntut keadilan justru dikaburkan dengan memnunculkan isu palsu neo komunisme,” pungkas Bambang.
Terkait hal ini, Ketua Areka Elyasa Budianto ketika dikinformasi dejurnal.com mengajak agar Gugun dan Bambang duduk bersama berdialog ikhwal masalah ini.
“Bantahan di media bakal panjang, lebih baik kopdar dan kita bahas itu bersama,” pungkasnya.***Red/Rif