WARTASATU.CO , GARUT – Kapolres Garut AKBP Dede Yudy Ferdiansah , S.I.K , M.I.K melakukan kunjungan kerja dalam rangka Silaturahmi Kamtibmas, bersama Pimpinan Ponpes Al Jauhari DR KH Jujun Junaidi, M.Ag, beserta mantan nara pidana teroris (napiter) Firman ke warga Sindanggalih Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Garut, Senin (3/8/2020).
Dalam kegiatan tersebut, Kapolres Dede didampingi Kasat Bimmas Akp Dudu Gunawan, SH, Kapolsek sukawening Akp Nurzaman, SH MSi, KBO Intel Ipda Wawan Hermawan SH, Plh Kasubbag Humas, Ipda Muslih SH, Kasi Propam Ipda Sona RA S.Ip, MM, Camat Karang Tengah, Danpos Koramil, Kepala Desa Sindanggalih.
Silaturahmi warga masyarakat Sindanggalih tersebut, menurut Kapolres dalam rangka menangkal penyebaran faham radikalisme ,terorisme dan intoleran yang ada di wilayah Kabupaten Garut. Hal ini, lanjut dikatakan Kapolres, guna menciptakan situasi kamtibmas yang aman, nyaman dan kondusif.
Pada kesempatan itu juga, Kapolres Garut mengingatkan pada masyarakat Sindanggalih agar tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, dengan tetap menggunakan masker, baik di rumah maupun di luar rumah
Sementara itu, Firman mantan napster yang menjalani hukuman 5 tahun penjara di lapas Cibinong, karena kasus teroris merusak Pos Polisi, memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ajaran sesat teroris, adapun yang dia sampaikan yakni, kepada anak muda jangan percaya sepenuhnya terhadap informasi di medsos dengan iming-iming uang, barang-barang mewah juga jabatan.
Selanjutnya, Firman mengajak agar tetap berpegang dan setia kepada NKRI. Juga, harus jalin silaturahmi dengan keluarga, jangan ada kesenjangan sosial.
Firman juga mengingatkan, agar mengenalkan agama dengan baik kepada warga masyarakat. Selain itu ia menghimbau, jangan mengucilkan kepada para napi, supaya tidak kembali radikal. Justru harus dirangkul, supaya punya kepercayaan untuk hidup bersama.
Sementara itu, Kiayi kondang KH Jujun menyampaikan, bahwa islam bukan agama radikalisme, dan pesantren juga tidak mengajarkan hal-hal jelek.
“Jangan sampai berbicara agama di luar pesantren / mesjid , jangan bicara negara di Pos ronda agar tidak salah paham, tempatkan pada posisi nya. Kalau teroris membunuh orang-orang yang tanpa dosa dengan keyakinan masuk surga itu semua keliru dan sesat,” ungkap KH Jujun.
Bahwa ada orang yang di tangkap di Sindanggalih itu bukan warga asli, malainkan pendatang, dan yang hadir adalah sari-sari orang Sindanggalih, Insya alloh orang orang baik. Bahwa, intinya NKRI dirumuskan oleh para kiyai, jangan dirusak oleh teroris yang mengatasnamakan agama Islam. (Tadz)