27.2 C
Garut
Kamis, Oktober 31, 2024

Ghazi, Pemuda Asal Garut Wakili Indonesia di Simposium Internasional di New York

Jangan Lewatkan

WARTASATU.CO, GARUT – Ghazi Abdullah Muttaqien (19 tahun) dalam kapasitas sebagai Co-Founder of Strategic Research Society OIC Youth Indonesia dan kader Internasional PP Pemuda Persis terpilih menjadi salah seorang Pembicara dalam event internasional bergengsi Symposium on Youth Engagement with Religions and Faith in the 21st Century 28-29 July 2021 di New York, Amerika Serikat

Setelah Paper/makalah yang ia tulis yang berjudul “Understanding the Islamic Worldview on Ottoman Empire in the History of Nusantara as an Education to Promote Peace and Harmony” dinyatakan lolos tahap seleksi final oleh Reviewer Committee dari ICYF dan RFP.

Tahap awal seleksi abstrak menghasilkan 40-50 Candidat dari seluruh dunia.

Tahap kedua, seleksi berkas final makalah. Tahap ketiga, pengumuman naskah final yang terseleksi, hanya sekitar 21 sampai 25 orang se-dunia yang beruntung terpilih untuk presentasi.

Setelah itu, dilanjutkan dengan publikasi penelitian dan presentasi yang akan diluncurkan pada Oktober 2021 di Jerman.

Simposium Internasional yang mengusung tema “Keterlibatan Pemuda dengan Agama dan Iman di Abad 21” ini terselenggara atas kerjasama The Islamic Cooperation Youth Forum (ICYF) and Religions for Peace (RfP) berkolaborasi dengan Badan Riset Markas OKI (Organisasi Kerjasama Islam).

Yaitu the Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC); the International Islamic Fiqh Academy (IIFA); the Research Center for Islamic History, Art and Culture (IRCICA); the Pontifical and Royal University of Santo Tomas; Berkley Center for Religion, Peace and World Affairs, Georgetown University; Office of Religious Life, Princeton University; and the Institute of Human Rights and Peace Studies, Mahidol University Thailand.

Secara ringkas, isi presentasi makalah yang disampaikan Ghazi adalah sebagai berikut; Islam sebagai agama terbesar di Nusantara, memiliki peran terbesar untuk membentuk peradaban dan nilai masyarakat Indonesia yang luhur.

Nusantara adalah nama lama Indonesia yang berasal dari bahasa Jawa Nusa (pulau) dan Antara (lainnya).

Meskipun Islam bukanlah agama pertama yang tiba di Nusantara, tetapi proses Islamisasi melalui penyebaran Islamic worldview atau Pandangan Dunia Islam oleh pedagang, ulama dan pendakwah Islam (muballigh) yang berakar dari Timur Tengah, India, dan dan Turki (Kekaisaran Ottoman) yang menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan tercepat di Nusantara.

Sehingga sebanyak 85% populasi (sekitar 250 juta) penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Worldview atau weltanschauung adalah cara atau isi dari karakteristik berpikir dan bertindak individu, kelompok atau budaya.

Kekhalifahan Ottoman adalah Kekaisaran Islam terbesar pada abad ke-15 dan ke-16 yang membentang di seluruh Eropa, Afrika dan Semenanjung Arab hingga sampai ke Asia Tenggara.

Ghazi menjelaskan tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk mempromosikan Islam sebagai agama perdamaian di kalangan pemuda untuk memerangi virus Islamofobia.

Dua puluh satu pembicara dengan latar belakang agama dan ras yang berbeda dari lebih dari 15 negara dipilih untuk membuat presentasi di antara para pemuda, Professor, Pejabat kementerian, pakar, cendekiawan, peneliti, akademisi, dan praktisi yang direkomendasikan.

Para Pembicara dan Peserta berasal dari Amerika Serikat, Indonesia, India. Bangladesh, Kenya, Pakistan, Argentina, Mozambik, Malaysia, Albania, Thailand, Inggris, Qatar, Jerman, dan Brasil.

Studi Ilmiah dan inisiatif penelitian yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari upaya nasional hingga global, menyelidiki hubungan kompleks antara pemuda (dan keterlibatan pemuda) dan agama di dunia modern.

Tujuan simposium adalah untuk mempertemukan para pemimpin pemuda, pemimpin agama, dan lembaga penelitian dan pendidikan terkemuka untuk mengeksplorasi gagasan baru tentang keterlibatan pemuda dengan agama dan keyakinan yang muncul di abad ke-21.

Simposium ini meminta peserta untuk mempertimbangkan sejauh mana aktivisme pemuda (tentang iklim, konflik, ekonomi, keadilan rasial, dll.) didorong oleh sistem moral dan etika yang disajikan melalui lembaga keagamaan mereka.

Presentasi peserta fokus pada sejauh mana dimensi agama dan spiritual menginformasikan, memotivasi, dan mengaktifkan pemuda dalam komunitas mereka, terutama pada isu-isu seperti pembangunan perdamaian, lingkungan dan kemanusiaan.

Dengan cara apa pandangan dunia agama membentuk pemahaman pemuda tentang tempat mereka sendiri di dunia dan menginformasikan interaksi mereka dengannya.

Berhubung dengan Pandemi COVID-19, Simposium ini diselenggarakan sebagai pertemuan virtual 4 jam dari kira-kira 21 kontributor.

Itu termasuk pidato sambutan oleh Dr. Azza Karam, Sekretaris Jenderal Religious For Peace, keynote speech oleh Prof. Ibrahim Kalin, Penasihat Presiden Turki, keynote speech oleh Prof. Koutoub Mustapha Sano, Menteri Kepresidenan Republik Guinea Afrika & Sekretaris Jenderal the International Islamic Fiqh Academy (IIFA) dan Dr. Katherine Marshall, Berkley Center for Religion, Peace, and World Affairs, Georgetown University, antara lain bersama dengan lokakarya dengan sesi breakout.

Kontributor/peserta dan peserta umum akan diberikan sertifikat yang dikeluarkan oleh ICYF yang berkantor pusat di Istambul Turki dan Religions for Peace yang berkantor pusat di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. (Tadz)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Warta Terkini