WARTASATU.CO , TOKYO – Ghazi Abdullah Muttaqien (19 tahun) sebagai Co-Founder of Strategic Research Society OIC Youth Indonesia dan kader Pemuda Persatuan Islam (PERSIS) mewakili pemuda Islam se-Indonesia, diundang sebagai pembicara termuda dalam event internasional bergengsi The 4th Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegians in Japan (ASSIGN) Tokyo, 4-6 September 2021 di Jepang.
Acara tersebut diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI Jepang), Merial Institute dan PPI Dunia secara offline di Kedubes RI Tokyo dan secara virtual teleconference berhubung pandemi COVID-19.
Kegiatan ini diikuti dan bekerjasama dengan beberapa universitas ternama di dunia, pejabat pemerintahan pusat, pimpinan organisasi pelajar dan kepemudaan, hingga para pakar dan praktisi di bidangnya masing-masing.
Dengan mengusung tema besar “Indonesian outlook : The prospect of Indonesia toward Society 5.0 in succeeding Indonesia Golden Era 2045”, acara prestisius ini, kata Ghazi, ingin menyiapkan strategi jitu dalam berbagai sektor untuk menggapai cita-cita Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.
“Simposium ini bertujuan untuk memetakan dan merumuskan permasalahan beserta solusi yang ditawarkan demi memuluskan transformasi di Indonesia menuju Society 5.0 yang menekankan kebhinekaan sebagai aspek utama ke-Indonesiaan,” katanya lewat jaringan virtual, Sabtu (11/09/2021).
Dari kegiatan ini diharapkan dapat dihasilkan poin-poin rekomendasi dalam mendukung transformasi Indonesia menuju Society 5.0, khususnya di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejakteraan sosial, tata kelola pemerintahan, pertahanan dan keamanan.
Simposium ini juga diikuti oleh beberapa pembicara yang sudah menjadi tokoh terkenal dan berpengaruh dalam perumusan kebijakan publik di Indonesia seperti Agus Harimurti Yudhoyono (Ketua Umum Partai Demokrat), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Ketum Partai Golkar), Menteri Investasi Bahlil Lahadia, dan beberapa pejabat penting serta beberapa Duta Besar RI.
Dalam kesempatan itu, Ghazi yang merupakan mahasiswa baru STAIPI PERSIS Garut didelegasikan sebagai pembicara dengan mandat Presiden OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita, untuk menyampaikan makalah di bidang pendidikan yang Ghazi tulis tentang “Mewujudkan Generasi Emas Menuju Indonesia Adidaya 2045 Melalui Pendidikan Islam yang Berkualitas”,
Yang isinya, Ghazi menjelaskan, negara Indonesia dengan populasi Muslim terbesar di dunia (sekitar 85%) memiliki andil terbesar dalam menentukan masa depan Indonesia.
Bila umat Islam maju, otomatis Indonesia juga akan menjadi negara maju. Sedangkan untuk mencapai target itu, menurut Ghazi, harus diawali dengan memiliki pendidikan yang berkualitas. Sebagaimana dikatakan Nelson Mandela, “Education is the powerful weapon to change the world.”
“Pola pendidikan Islam dalam menyiapkan generasi emas yang berkualitas dan ideal yaitu lahir dari proses pendidikan yang berpola: tanamkan adab, lalu raihlah ilmu,” ujarnya.
Makalah tersebut juga, lanjut Ghazi, berisi seruan agar bangsa Indonesia jangan sampai karena ingin menjadi negara maju, tetapi malah mengabaikan aspek spiritualitas. Jangan sampai ada dikotomi antara wacana “keislaman” dan “keindonesiaan”.
Karena, dikatakan Ghazi, tujuan Pendidikan Nasional, sebagaimana disebut dalam konstitusi kita (UUD 1945 pasal 31 ayat C, UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003, serta Permendikbud No. 20/2016) yaitu untuk membentuk manusia Indonesia yang; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
“Maka, ini sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yang bertujuan membentuk manusia yang baik (a good man) dan manusia beradab (insan adaby). Jadi jelas, bahwa Tujuan Pendidikan Nasional bukanlah untuk ‘keperluan’ mencetak generasi pekerja di dunia Industri,” ungkapnya.
Sepatutnya, menurut Ghazi, tidak ada lagi dikotomi antara pendidikan Islam dengan pendidikan nasional, pada tahun 2045, Indonesia akan memasuki usia kemerdekaan 100 tahun.
Dengan demikian, para tokoh dan elite bangsa Indonesia sebaiknya sudah punya rumusan yang jelas, tentang bagaimana pendidikan dapat mewujudkan Indonesia Negara Adidaya 2045 menjadi bangsa yang luhur dan mulia serta disegani bangsa-bangsa lain di dunia.
“Bangsa yang mulia yaitu sebuah bangsa yang bertaqwa; bangsa yang hebat, kuat, dan disegani bangsa-bangsa lain,” pungksnya. (Tadz)