Warta Satu – Gula merah selama ini dikenal sebagai pemanis alami yang lebih sehat dibanding gula pasir.
Banyak orang memilihnya buat bikin minuman tradisional, jajanan pasar, sampai masakan sehari-hari.
Tapi, di balik manisnya gula merah, kini ada kabar yang bikin masyarakat resah: beredar gula merah palsu yang dibuat dengan campuran bahan kimia berbahaya.
Bukan Gula Aren atau Kelapa Asli, Tapi Campuran Berbahaya
Normalnya, gula merah dibuat dari nira aren atau kelapa yang dimasak lama hingga mengental, lalu dicetak.
Namun, demi mengejar keuntungan cepat, oknum nakal mencampur proses itu dengan pewarna sintetis, pemanis buatan, bahkan bahan kimia tekstil biar tampilan gula lebih merah, padat, dan awet.
Sekilas bentuknya sama persis dengan gula merah asli warnanya cerah, teksturnya padat, bahkan aromanya mirip. Tapi efeknya bagi kesehatan jelas nggak main-main.
Ahli Gizi Ingatkan Dampak Fatal
Menurut dokter gizi, kandungan kimia berbahaya dalam gula merah oplosan ini bisa menimbulkan risiko jangka pendek hingga jangka panjang:
- Gangguan pencernaan (mual, diare, sakit perut)
- Kerusakan hati dan ginjal karena zat kimia menumpuk
- Memicu iritasi lambung dan usus
- Dalam jangka panjang, meningkatkan risiko kanker karena beberapa pewarna sintetis bersifat karsinogenik
“Kalau dikonsumsi terus-menerus, bahan kimia yang seharusnya bukan buat makanan bisa jadi bom waktu bagi tubuh,” tegas seorang ahli kesehatan masyarakat.
Ciri-Ciri Gula Merah Palsu yang Perlu Diwaspadai
Biar nggak tertipu, masyarakat perlu lebih jeli sebelum membeli. Beberapa tanda gula merah oplosan antara lain:
- Warna terlalu merah menyala atau terlalu kuning – gula asli biasanya cokelat gelap alami.
- Terlalu keras dan tidak mudah larut saat dicampur air panas.
- Aroma hambar atau tercium bau kimia berbeda dari wangi khas nira.
- Harga jauh lebih murah dari pasaran.
Dampak ke Petani Lokal
Praktik curang ini bukan hanya merugikan konsumen, tapi juga menghantam petani nira. Produk asli mereka kalah saing di pasaran karena tampilan gula oplosan yang lebih “menarik” secara visual, padahal kualitasnya jauh di bawah standar.
Pemerintah daerah dan BPOM diminta lebih tegas melakukan sidak pasar untuk memastikan peredaran pangan tetap aman.
Di sisi lain, konsumen juga harus cerdas: pilih gula merah langsung dari produsen lokal terpercaya atau koperasi petani.
Ingat, kesehatan lebih berharga daripada sekadar harga murah. Jangan sampai niatnya mau hidup sehat dengan gula alami, malah berujung penyakit karena tertipu gula merah oplosan. (***)