Wartasatu – Aula Kelurahan Pataruman, Kecamatan Tarogong Kidul, mendadak jadi ajang diskusi publik yang hidup dan penuh semangat.
Bukan sekadar acara seremonial, kegiatan Reses Masa Sidang III Tahun 2025 yang digelar oleh Anggota DPRD Garut dari Fraksi PDI Perjuangan.
Yudha Puja Turnawan, benar-benar jadi panggung bagi rakyat untuk menyuarakan keresahan, harapan, dan gagasan mereka, langsung, tanpa perantara.
Dengan suasana hangat dan penuh antusiasme, acara ini berlangsung pada Jumat (27 Juni 2025), dihadiri oleh ratusan warga dari berbagai kalangan serta sejumlah tokoh penting di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Garut.
Terlihat hadir di barisan depan antara lain Kepala Dinas Koperasi dan UKM Rizki Riznurdin, Kepala Dinas Tenaga Kerja Muksin, Asisten Daerah III Ganda Permana, hingga Camat Tarogong Kidul Ahmad Mawardi.
Rakyat Bicara, Dewan Mendengar
Dalam sesi dialog interaktif yang dikemas santai namun serius, warga menyampaikan berbagai aspirasi yang selama ini mungkin terpinggirkan dari sorotan kebijakan.
Salah satu topik yang langsung mencuat adalah seputar aplikasi “Selver”, sebuah platform layanan digital milik Pemkab Garut yang digadang-gadang bisa mempercepat pelayanan publik.
Namun, menurut warga, kenyataan di lapangan masih jauh dari harapan. Beberapa mengaku kesulitan mengakses fitur dalam aplikasi tersebut, sebagian lainnya bahkan mengaku baru pertama kali mendengar soal “Selver”.
Ini jadi sinyal kuat bahwa perlu adanya evaluasi menyeluruh dan edukasi intensif dari pemerintah daerah agar aplikasi benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat.
“Bagus kalau ada digitalisasi pelayanan, tapi kalau warga masih bingung cara pakainya, ujung-ujungnya tetap datang langsung ke kantor kelurahan. Ini kan malah dua kali kerja,” celetuk seorang warga.
Kerajinan Bambu Minta Perhatian
Tak hanya soal teknologi, warga juga menyoroti sektor ekonomi kreatif yang belum tergarap maksimal. Salah satunya adalah kerajinan bambu, yang menurut warga punya potensi besar sebagai produk unggulan lokal.
Sayangnya, hingga kini belum ada pendampingan serius dari pemerintah, apalagi pelatihan rutin atau kehadiran ahli kerajinan di tingkat desa.
“Kita punya pengrajin bambu yang sudah turun-temurun. Tapi tanpa pelatihan, tanpa akses pasar, ini bakal tenggelam. Padahal bisa jadi sumber ekonomi kreatif,” ujar warga lainnya.
Yudha menyambut baik aspirasi tersebut dan berkomitmen untuk mendorong dinas terkait agar lebih fokus pada pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal.
Donor Darah, Semangat Gotong Royong
Menariknya, reses kali ini juga diwarnai dengan kegiatan donor darah yang diprakarsai langsung oleh Yudha.
Puluhan warga tampak antusias mengikuti aksi kemanusiaan ini, membuktikan bahwa semangat gotong royong masih hidup dan tumbuh subur di tengah masyarakat.
“Saya ingin reses ini bukan hanya soal bicara masalah, tapi juga menebar kebaikan. Donor darah adalah bentuk sederhana, tapi sangat berarti bagi sesama,” kata Yudha di sela-sela kegiatan.
Komitmen Wakil Rakyat, Reses Bukan Formalitas
Dalam pernyataannya, Yudha Puja Turnawan menegaskan bahwa kegiatan reses bukanlah acara tempelan yang cuma hadir untuk menggugurkan kewajiban anggota dewan.
Ia menyebut reses sebagai momen sakral untuk turun langsung, menyelami kehidupan masyarakat, dan menyerap aspirasi mereka tanpa disaring.
“Buat saya, reses adalah panggung rakyat. Di sinilah saya bisa melihat langsung wajah-wajah penuh harapan, mendengar suara-suara yang tak terdengar di ruang rapat. Dan di sinilah saya kuatkan komitmen untuk memperjuangkan mereka,” tegasnya.
Politik yang Merakyat Bukan Cuma Wacana
Kegiatan reses Yudha Puja Turnawan di Pataruman membuktikan bahwa ketika politik menyatu dengan masyarakat, maka akan lahir dialog, solusi, dan kolaborasi.
Bukan sekadar duduk di balik meja dewan, tapi hadir, mendengar, dan bertindak, itulah yang diharapkan rakyat dari para wakilnya.
Di tengah dinamika Garut yang terus berkembang, kehadiran pemimpin yang mau “ngobrol di bawah pohon”, bukan hanya “ceramah dari podium”, jadi napas segar bagi demokrasi lokal. (***)