Papag Setra Indonesia, Bukan Sekadar Silat, Ini Gerakan Jiwa, Budaya, dan Karakter

oleh
oleh
Papag Setra Indonesia

Wartasatu – Di era serba instan, ketika budaya lokal makin terpinggirkan oleh tren global, siapa sangka ada gerakan akar rumput yang justru tumbuh makin kuat di jantung Tatar Sunda.

Namanya Papag Setra Indonesia (PSI), Paguyuban Paguron Seni Penca Tradisional Indonesia, komunitas pencak silat tradisional yang bukan hanya mengajarkan jurus-jurus sakti, tapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya Sunda yang hampir terlupakan.

Berdiri di Kota Bandung pada 20 Februari 2022 dan resmi terdaftar melalui SK Kemenkumham AHU-0000898.AH.01.07.TAHUN 2023, PSI hadir sebagai rumah besar bagi berbagai paguron (perguruan silat) yang mengusung penca tradisi, aliran pencak silat khas Sunda yang menitikberatkan pada nilai budaya, filosofi hidup, serta pembentukan karakter.

Baca Juga :  Charlie Chaplin ke Garut? Ini Jejak Sang Maestro Komedi yang Bikin Dunia Melirik Priangan Jauh Sebelum Viral
Lebih dari Sekadar Jurus, Ini Tentang Jati Diri!

Menurut Yazid Ulumudin, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI Kabupaten Garut, Papag Setra bukan sekadar forum silaturahmi para pesilat. Lebih dari itu, ia merupakan gerakan kolektif untuk menjaga, merawat, dan mengembangkan warisan budaya Sunda lewat penca.

“PSI itu bukan hanya tentang fisik. Kami ingin penca jadi ruang pendidikan karakter. Di dalamnya ada nilai keberanian, kejujuran, kesatria, juga kepedulian terhadap sesama. Itu warisan budaya kita yang harus tetap hidup,” tegas Yazid, melalui selulernya, Selasa (13/05/2025).

Bagi Yazid, penca tradisi adalah cara orang Sunda mengekspresikan keteguhan hati dan keluwesan jiwa. Gerakannya lemah gemulai tapi menyimpan kekuatan, seperti falsafah leuleus jeujeur dina galur, lembut tapi tegas pada prinsip.

“Ilmu Tertinggi itu Bukan Jurus, Tapi Jiwa”

Yazid pun menambahkan bahwa penca yang diajarkan PSI adalah penca yang mendidik spiritualitas — bukan untuk sombong, tapi untuk ngahiangkeun diri, atau membunuh ego agar menjadi pribadi yang rendah hati namun kokoh.

“Silat sejati itu ngajarkeun kumaha ngajaga diri jeung ngajaga batur, bukan ngajarkeun ‘kumaha ngéléhkeun’,” katanya penuh makna.

Yang menarik, PSI mengusung semangat inklusif di tengah ragamnya aliran penca tradisi. Yazid punya filosofi unik soal ini.

Baca Juga :  Dulu Cuma Warisan Kakek, Sekarang Jadi Cuannya Nggak Ketulungan! Begini Kisah Roni dan Bisnis Batu Akik Online-nya

“Tangan kanan dan kiri itu beda. Tapi coba bayangin kalau dua-duanya kerja bareng, bisa angkat yang berat. Nah, PSI itu ingin jadi ‘kedua tangan’ itu. Beda paguron, beda gaya, tapi bersatu untuk hal besar, budaya,” kata Yazid.

Lewat filosofi tersebut, PSI ingin menyatukan kekayaan silat tradisi dari berbagai daerah di Jawa Barat tanpa menghapus keunikan masing-masing. Justru dari keberagaman itu, lahirlah kekuatan kolektif yang autentik.

Target Besar, Masuk Dunia Pendidikan dan Jadi Program Budaya

Tak cukup sampai di sana, PSI juga punya visi jangka panjang: menjadikan penca tradisi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Dengan menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mereka berharap penca bisa masuk ke sekolah-sekolah sebagai program karakter dan budaya.

“Kita nggak mau penca cuma jadi atraksi event budaya. Harus jadi program nyata di sekolah, jadi ruang pembentukan mental anak muda Indonesia. Kalau bukan kita yang rawat, siapa lagi?” tutur Yazid penuh semangat.

Dengan program ini, penca bukan cuma diajarkan di padepokan atau kampung-kampung, tapi juga bisa berkembang di kota-kota besar, bahkan internasional.

Baca Juga :  Uang Rp50 Ribu Ini Gak Normal!, Youtuber Bongkar Keanehan Serial Number yang Bisa Bikin Tajir Mendadak
Ini Saatnya Turun Panggung!

Buat kamu Gen Z yang selama ini mikir pencak silat itu ketinggalan zaman, mending pikir ulang. Penca itu bukan cuma soal ‘gelut’, tapi soal jati diri, etika, spiritualitas, dan ekspresi budaya. PSI ingin menjadikan penca sebagai gaya hidup anak muda yang bangga pada akar budaya sendiri.

“Di tengah tren TikTok dan AI, kita tetap butuh ruang untuk ngabumi, berpijak di tanah sendiri. Dan penca itu adalah salah satu cara terbaiknya,” pungkas Yazid.

Papag Setra Indonesia bukan sekadar paguyuban. Ini adalah gerakan budaya, gerakan karakter, gerakan jiwa. Karena dalam tiap jurus penca, ada napas leluhur yang masih ingin didengar dan diwariskan, dari satu generasi ke generasi berikutnya. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *