Warta Satu – Banyak orang tua menganggap vitamin sebagai “obat ajaib” supaya anak selalu sehat, kuat, dan nggak gampang sakit.
Tapi ternyata, memberikan vitamin berlebihan justru bisa menimbulkan masalah kesehatan serius bagi si kecil. Bukannya bikin anak tambah sehat, overdosis vitamin malah bisa jadi bumerang.
Vitamin Itu Penting, Tapi…
Vitamin memang zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil. Perannya vital banget, mulai dari menjaga daya tahan tubuh, mendukung tumbuh kembang, sampai memperkuat tulang dan otak.
Tapi ingat, “lebih banyak bukan berarti lebih baik.”
Tubuh anak hanya butuh vitamin sesuai kebutuhannya. Kalau berlebihan, sisa vitamin itu nggak selalu bisa keluar begitu saja.
Beberapa jenis vitamin larut air (misalnya vitamin C dan B kompleks) relatif aman karena kelebihannya dibuang lewat urin.
Namun vitamin larut lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K) bisa menumpuk dalam tubuh, lalu menimbulkan efek toksik.
Dampak Negatif Pemberian Vitamin Berlebihan
Menurut dokter anak, overdosis vitamin pada anak bisa menimbulkan gejala yang cukup mengkhawatirkan, di antaranya:
- Vitamin A berlebih : bisa menyebabkan mual, sakit kepala, gangguan tulang, bahkan kerusakan hati.
- Vitamin D berlebihan : memicu kadar kalsium terlalu tinggi, bikin ginjal bermasalah, hingga gangguan jantung.
- Vitamin C berlebih : walau sering dianggap aman, jika dikonsumsi terlalu banyak bisa memicu sakit perut, diare, bahkan batu ginjal.
- Vitamin E berlebih : berisiko mengganggu pembekuan darah dan memicu perdarahan.
Artinya, niat orang tua memberi vitamin biar anak tambah sehat justru bisa berbalik jadi masalah baru.
Fenomena “hipervitaminosis” atau overdosis vitamin semakin sering ditemukan karena tren suplemen anak yang makin marak.
Mulai dari bentuk sirup, tablet kunyah, hingga gummy berwarna-warni yang rasanya manis kayak permen.
Nggak sedikit anak jadi konsumsi vitamin melebihi dosis harian yang dianjurkan, entah karena orang tua terlalu rajin memberi, atau anaknya sendiri doyan mengunyah “vitamin permen” tanpa kontrol.
Dokter spesialis anak menyarankan, vitamin seharusnya bukan konsumsi rutin tanpa alasan. Prioritas utama tetap berasal dari makanan bergizi seimbang.
Sayur, buah, protein, dan karbohidrat kompleks jauh lebih penting dibanding suplemen instan.
Vitamin tambahan baru diperlukan kalau:
- Anak punya kondisi medis tertentu.
- Dokter mendiagnosis adanya kekurangan vitamin spesifik.
- Anak dalam masa pemulihan penyakit dengan kebutuhan gizi ekstra.
- Selain itu, dosis dan jenis vitamin harus sesuai anjuran dokter, bukan asal beli di toko obat atau e-commerce.
Pesan Buat Para Orang Tua
Sebagai generasi yang peduli kesehatan, orang tua zaman sekarang perlu bijak dalam mengambil keputusan.
Jangan terjebak iklan yang seolah-olah menunjukkan anak butuh banyak suplemen biar tumbuh pintar, tinggi, dan kuat.
Kunci sebenarnya ada pada pola makan sehat, cukup tidur, aktivitas fisik rutin, dan lingkungan yang mendukung. Vitamin memang penting, tapi porsinya hanya “pelengkap”, bukan menu utama.
Memberikan vitamin pada anak itu sah-sah saja, asal sesuai kebutuhan dan rekomendasi dokter. Namun, kalau berlebihan justru bisa jadi bumerang yang membahayakan kesehatan.
Jadi, sebelum menambahkan suplemen ke daftar belanja bulanan, pastikan dulu apakah anak memang benar-benar membutuhkannya.
Karena pada akhirnya, yang berlebihan itu memang nggak pernah baik termasuk vitamin. (***)