WARTASATU.co- Ketika masyarakat mempercayakan penanganan medis kepada seorang dokter, mereka tak pernah membayangkan bahwa kepercayaan itu akan dikhianati dengan cara yang paling menjijikkan. Kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum dokter kandungan berinisial MSF (33) di Garut kini resmi memasuki babak baru.
Kasus ini sebelumnya menggegerkan publik setelah sebuah rekaman CCTV berdurasi 23 detik tersebar di media sosial. Video tersebut memperlihatkan tindakan asusila yang diduga dilakukan MSF terhadap seorang pasien ibu hamil saat sedang menjalani pemeriksaan USG di sebuah klinik modern di kawasan Garut Kota.
Dalam video itu, terlihat tangan kiri sang dokter menyentuh bagian sensitif pasien, sementara tangan kanan memegang alat USG. Tidak ada pendamping medis lain di ruangan tersebut. Aksi itu dilakukan dengan tenang, seolah sang dokter sudah terbiasa melakukan tindakan bejat itu.
Setelah penyelidikan intensif oleh Satreskrim Polres Garut, akhirnya berkas perkara kasus MSF diserahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Garut untuk diteliti dalam tahap satu.
“Benar, mulai Rabu 14 Mei 2025, berkas perkara dari Polres Garut sudah kami terima untuk diteliti kelengkapan formil dan materiilnya oleh jaksa peneliti P-16,” ujar Jaya P. Sitompul, Kasi Intel Kejari Garut, seperti dikutip Pikiran Rakyat Garut, Kamis (15/ 5/ 2025)
Sementara itu, pengakuan dari MSF sendiri menambah luka publik. Dalam konferensi pers yang digelar Kamis, 17 April 2025 lalu, Kapolres Garut AKBP Mochammad Fajar Gemilang mengungkapkan bahwa pelaku mengakui telah melakukan perbuatan cabul tersebut sebanyak empat kali.
“Kami belum bisa memastikan apakah jumlah korban hanya empat, karena penyelidikan akan terus dilakukan. Bisa jadi lebih,” tegas Fajar.
Yang pertama melapor justru bukan korban dalam video viral, melainkan seorang wanita berinisial AED (24). Keberaniannya membuka pintu bagi penyidikan kasus yang lebih luas. Kini publik menanti apakah akan ada korban-korban lain yang berani bicara.
Kasus MSF menjadi tamparan keras bagi dunia medis. Profesi mulia sebagai penyelamat nyawa ternodai oleh perilaku predator yang berselimut jas putih. Warga Garut pun bertanya-tanya, bagaimana bisa seseorang yang seharusnya melindungi justru menjadi ancaman?
Masyarakat kini berharap agar pihak berwenang mengusut tuntas kasus ini dan memberikan hukuman seberat-beratnya. Tak hanya untuk memberi efek jera, tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap dunia kesehatan yang kini tercoreng.***