Warta satu.com — Sebuah pertemuan penuh energi positif dan vibe konstruktif terjadi di Pondok Pesantren Fauzan,ketika aktivis muda Garut, Muhamad Angling Kusumah. S.M.,bersilaturahmi dengan tokoh ulama sekaligus pimpinan pesantren, KH. Aceng Abdul Mujib. Pertemuan ini berlangsung hangat, cair, dan sarat obrolan kritis mengenai masa depan tata kelola pemerintahan di Kabupaten Garut.
Dalam forum kecil namun bernas itu, Angling menyampaikan keresahannya terhadap persoalan birokrasi yang menurutnya masih terlalu ribet dan memakan waktu. Ia menekankan bahwa reformasi birokrasi sudah bukan lagi opsi, tapi kebutuhan mendesak,mulai dari efektivitas pelayanan publik, transparansi, sampai pemangkasan alur administrasi yang selama ini dianggap membuat masyarakat “lelah sebelum dilayani”(Garut 05/12/2025)
Menurut Angling, Garut membutuhkan sistem yang lebih responsif dan adaptif dengan kebutuhan zaman. “Anak muda punya energi besar dan cara pandang baru, Kalau ruang kolaborasinya dibuka, perubahan bisa bergerak lebih cepat, ujarnya dalam diskusi tersebut.
Gagasan itu mendapat sambutan positif dari KH. Aceng Abdul Mujib.menilai bahwa perbaikan tata kelola pemerintahan adalah langkah penting agar masyarakat bisa merasakan layanan yang benar-benar cepat, mudah, dan bebas dari praktik-praktik tidak efisien. Ia juga menegaskan bahwa generasi muda memiliki potensi strategis sebagai pendorong perubahan, terutama ketika gagasannya disinergikan dengan nilai-nilai moral yang dijaga dunia pesantren.
Pemerintah, pesantren, dan pemuda itu tiga unsur yang kalau disatukan, dampaknya luar biasa. Reformasi birokrasi tidak boleh hanya jadi wacana; harus turun ke realita dan benar-benar dirasakan masyarakat,” tutur KH. Aceng.
Silaturahmi ini bukan sekadar kunjungan formal belaka. Angling menyebut pertemuan tersebut sebagai bagian dari upaya membangun jembatan komunikasi antar elemen masyarakat khususnya antara pemuda dan tokoh agama,untuk melahirkan ide-ide yang lebih komprehensif dan grounded mengenai pembangunan daerah.
Keduanya juga sepakat bahwa perubahan yang diharapkan tidak akan berjalan tanpa kolaborasi. Pemerintah daerah, lembaga keagamaan seperti pesantren, komunitas pemuda, hingga masyarakat akar rumput perlu dilibatkan agar reformasi birokrasi dapat berlangsung inklusif dan tepat sasaran.
Pertemuan ini ditutup dengan doa bersama, menandai komitmen kedua pihak untuk terus menjaga komunikasi dan memperkuat sinergi. Baik Angling maupun KH. Aceng bertekad agar langkah kecil ini menjadi awal dari gerakan yang lebih besar demi mewujudkan Garut yang lebih maju,lebih tertata, dan lebih berpihak pada masyarakat.





