Warta Satu.com — Para aktivis, ketua OKP, LSM, tokoh agama, tokoh seni dan budaya, petani, hingga perwakilan nelayan berkumpul di Patriot Strike Food Garut untuk membahas situasi daerah yang dinilai belum menunjukkan keberpihakan nyata kepada rakyat kecil. Pertemuan ini menjadi ruang konsolidasi awal untuk menyamakan pandangan mengenai kondisi sosial dan kebijakan daerah.(Garut 25/11/2025)
Koordinator Panggung Rakyat “Garut Bebenah”, Dera Hermana, menjelaskan bahwa forum tersebut digelar sebagai refleksi menjelang satu tahun kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Garut. Ia menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh agar jalannya pemerintahan dapat kembali selaras dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Dalam diskusi tersebut, peserta merumuskan 60 poin tuntutan yang mencakup isu tata kelola ruang, persoalan sosial, keagamaan, moral, kebudayaan, dugaan praktik KKN, monopoli pekerjaan, keberadaan bandar proyek di tiap dinas, tragedi Pendopo dan kepastian hukumnya, hingga persoalan etika di DPRD. Aksi galian C ilegal, pembabatan hutan, serta alih fungsi lahan hijau juga menjadi sorotan utama.
Tokoh masyarakat, Tedi Sutardi, menekankan bahwa maraknya aktivitas galian C ilegal tanpa pengawasan maksimal dari aparat penegak hukum telah berdampak pada bencana ekologis seperti longsor dan banjir. Ia menilai bahwa pembiaran ini harus dihentikan sebelum kerusakan lingkungan menjadi semakin meluas.
Ketua Distrik GMBI Garut, Ganda Permana, SH,menilai gerakan Garut Bebenah sebagai momentum konsolidasi keresahan masyarakat Garut. Menurutnya, slogan “Garut Hebat” belum menunjukkan realisasi konkret yang dapat dirasakan langsung oleh rakyat kecil, sehingga kritik dan suara publik perlu diperkuat.
Menutup konsolidasi, Eldy Supriadi dari Ruang Rakyat Garut menyampaikan bahwa seluruh masukan dan temuan akan dirangkum sebagai bahan pematangan isu menuju aksi besar. Ia memastikan bahwa Panggung Rakyat “Garut Bebenah” akan kembali berkumpul dalam forum lanjutan untuk memfinalkan agenda aksi yang akan segera digelar.





