Warta Satu — Banyak orang tua sering dibuat bingung: apakah anak perlu diberi vitamin tambahan atau cukup dari makanan sehari-hari? Pertanyaan ini makin ramai dibicarakan seiring tren suplemen anak yang kian laris di pasaran.
Dari bentuk sirup, permen jelly, hingga gummy berwarna-warni, semua menawarkan janji bikin anak lebih sehat dan tumbuh optimal.
Tapi, sebenarnya gimana sih pandangan medis soal ini? Apakah anak memang butuh vitamin tambahan?
Dokter Spesialis Anak Angkat Bicara
Menurut dr. Rani Wulandari, Sp.A, dokter spesialis anak di Jakarta, kebutuhan vitamin pada anak itu sebenarnya bisa dipenuhi lewat pola makan yang sehat, bergizi seimbang, dan sesuai anjuran “Isi Piringku”.
“Pada dasarnya, anak yang pola makannya baik dan beragam—ada karbohidrat, protein, sayur, buah, serta cukup minum air—tidak perlu lagi vitamin tambahan. Tubuh mereka sudah bisa menyerap zat gizi penting dari makanan sehari-hari,” jelas dr. Rani.
Namun, ia menekankan ada kondisi tertentu yang membuat vitamin tambahan boleh, bahkan perlu diberikan.
Misalnya, anak dengan nafsu makan yang sangat rendah, sedang dalam masa pemulihan sakit, atau memiliki masalah medis khusus yang butuh dukungan gizi ekstra.
Tidak Semua Anak Sama
Setiap anak itu unik. Ada yang gampang makan sayur, ada juga yang super picky eater. Menurut dr. Rani, inilah alasan mengapa pemberian suplemen harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak.
“Jangan sampai vitamin dianggap jalan pintas. Kalau anak susah makan, solusinya bukan langsung suplemen, tapi evaluasi dulu pola makannya. Kalau memang ada kekurangan spesifik, barulah dokter bisa merekomendasikan vitamin tertentu,” tambahnya.
Vitamin Apa yang Sering Dibutuhkan?
Meski nggak semua anak butuh suplemen, ada beberapa vitamin yang paling sering diresepkan dokter bila memang dibutuhkan:
- Vitamin D → penting untuk pertumbuhan tulang, apalagi anak jarang kena sinar matahari.
- Zat besi → biasanya diberikan bila anak rentan anemia.
- Vitamin C → membantu daya tahan tubuh, tapi dosisnya harus sesuai anjuran.
- Kalsium → untuk mendukung tulang dan gigi kuat, terutama pada anak yang jarang konsumsi susu.
“Sekali lagi, pemberiannya harus berdasarkan indikasi medis, bukan sekadar ikut-ikutan tren,” tegas dr. Rani.
Bahaya Kalau Asal Kasih Vitamin
Banyak orang tua berpikir “lebih banyak vitamin lebih baik”. Padahal, menurut dokter, konsumsi berlebihan justru bisa berbahaya.
Contohnya, kelebihan vitamin A bisa bikin mual, sakit kepala, bahkan gangguan hati. Begitu juga vitamin D berlebih bisa menyebabkan kalsium menumpuk di ginjal.
“Prinsipnya, vitamin bukan pengganti makanan. Jangan sampai suplemen bikin orang tua abai terhadap pola makan sehat,” kata dr. Rani mengingatkan.
Jadi, Perlukah?
Kesimpulannya, vitamin tambahan tidak wajib untuk semua anak. Yang paling penting adalah memastikan anak mendapat asupan bergizi seimbang setiap hari.
Vitamin tambahan bisa diberikan, tapi harus sesuai kebutuhan dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Dr. Rani menutup dengan pesan sederhana namun penting:
“Kunci kesehatan anak itu ada di meja makan keluarga. Kalau pola makan sudah sehat, tidur cukup, rajin aktivitas fisik, dan bahagia, itu sudah jadi vitamin terbaik. Suplemen hanyalah pelengkap, bukan penentu.” (***)