Penting Banget! Begini Cara Edukasi Anak di Bawah 5 Tahun soal Bahaya Pelecehan Seksual

oleh
oleh
Penting Banget! Begini Cara Edukasi Anak di Bawah 5 Tahun soal Bahaya Pelecehan Seksual

Warta Satu — Kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak masih jadi masalah serius di Indonesia. Ironisnya, banyak korban justru berasal dari kelompok usia dini, bahkan balita yang belum genap 5 tahun.

Fakta ini bikin para orang tua, pendidik, dan aktivis perlindungan anak semakin sadar bahwa edukasi tentang pelecehan seksual harus diberikan sejak dini, dengan cara yang tepat dan sesuai usia.

Edukasi seksual dini bukan berarti mengajarkan hal yang “dewasa” ke anak kecil, tapi lebih ke pengenalan tubuh, batasan diri, dan keberanian berkata ‘tidak’ saat merasa tidak nyaman.

Baca Juga :  Anak Cerdas Itu Turunan dari Ayah atau Ibu? Ini Penjelasan Ilmiahnya yang Bikin Penasaran

Kenapa Harus Sejak Dini?

Psikolog anak menegaskan, usia di bawah 5 tahun adalah fase emas perkembangan. Anak mulai bisa memahami konsep sederhana tentang tubuh dan emosi.

Kalau sejak kecil mereka sudah diberi pemahaman soal batasan diri, risiko jadi korban pelecehan bisa ditekan.

“Anak harus tahu mana bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain, mana yang tidak. Dengan begitu mereka bisa lebih berani menolak dan cerita ke orang tua kalau ada hal mencurigakan,” kata seorang psikolog anak di Jakarta.

Cara Edukasi yang Tepat untuk Balita

  1. Kenalkan Bagian Tubuh dengan Nama Asli
    Hindari memberi nama “lucu-lucuan” untuk organ vital. Gunakan istilah yang benar seperti penis, vagina, dada, dan bokong. Tujuannya agar anak paham kalau bagian itu istimewa dan tidak boleh sembarangan disentuh.
  2. Ajarkan Konsep “Baju Renang”
    Cara gampang buat anak: jelaskan bahwa bagian tubuh yang tertutup baju renang adalah area pribadi. Hanya orang tua (saat memandikan) atau dokter (dengan izin orang tua) yang boleh menyentuh bagian itu.
  3. Biasakan Anak Mengatakan ‘Tidak’
    Anak harus dilatih berani menolak sentuhan atau perlakuan yang bikin mereka tidak nyaman, meskipun dari orang yang mereka kenal.
  4. Bangun Komunikasi Terbuka
    Orang tua harus jadi tempat ternyaman buat anak cerita. Jangan dimarahi kalau anak mengaku ada yang bikin dia nggak nyaman, sekecil apa pun ceritanya.
  5. Gunakan Buku atau Media Edukatif
    Banyak buku cerita anak atau kartun edukasi yang bisa jadi media belajar soal menjaga tubuh. Cara ini bikin anak lebih gampang memahami dibanding hanya dengan ceramah.

Baca Juga :  Jahe dan Buah Pir Kukus Jadi Solusi Alami Saat Batuk Pilek, Resep Tradisional yang Lagi Naik Daun

Peran Orang Tua dan Lingkungan

Edukasi seksual dini bukan cuma tanggung jawab sekolah atau lembaga, tapi terutama keluarga. Orang tua adalah guru pertama bagi anak.

Lingkungan sekitar juga harus mendukung, dengan menciptakan suasana aman dan tidak permisif terhadap pelecehan.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang menganggap tabu membicarakan soal tubuh dan seksualitas dengan anak. Padahal justru karena tabu inilah banyak kasus pelecehan tidak terdeteksi sejak awal.

Lindungi, Jangan Menakut-nakuti

Edukasi harus disampaikan dengan bahasa sederhana dan positif. Jangan membuat anak jadi takut berlebihan atau trauma.

Tujuannya adalah memberi bekal keberanian dan rasa percaya diri, bukan menciptakan ketakutan pada orang sekitar.

Baca Juga :  Drs. H. Nanang Sofyan Hambali, M.Pd Nakhodai Dewan Pendidikan Kabupaten Garut Periode 2024-2029

Kalau kata salah satu aktivis perlindungan anak:
“Lebih baik anak kita tahu sejak kecil tentang cara menjaga diri, daripada menyesal ketika mereka sudah menjadi korban.”. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *